Budaya
Berorganisasi
Sebagian
para ahli seperti Stephen P. Robbins, Gary Dessler dalam bukunya yang berjudul
“Organizational Theory” (1990), memasukan budaya organisasi kedalam teori
organisasi. Sementara Budaya perusahaan merupakan aplikasi dari budaya
organisasi dan apabila diterapkan dilingkungan manajemen akan melahirkan budaya
manajemen. Budaya organisasi dengan budaya perusahaan sering disaling tukarkan
sehingga terkadang dianggap sama, padahal berbeda dalam penerapannya.
Pengertian budaya itu sendiri menurut : “The International Encyclopedia of the
Social Science” (1972) dapat dilihat menurut dua pendekatan yang pertama yaitu
pendekatan proses (process-pattern theory, culture pattern as basic) yang
didukung oleh Franz Boas dan yang kedua bisa juga melalui pendekatan structural-fungsional
(structural-functional theory, social structure as abasic) yang dikembangkan
oleh Bonislaw Mallinowski. Kemudian dari dua pendekatan itu Edward Burnett
Tylor (1832-1917) secara luas mendefinisikan budaya sebagai :”culture or
civilization, taken in its wide ethnographic ense, is that complex whole wich
includes knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities
and habits acquired by man as a member of society” atau Budaya juga dapat
diartikan sebagai : “Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang
dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya
melalui proses belajar sesuai dengan kekhasan etnik, profesi dan kedaerahan”
(Koentjaraningrat, 2001: 72 ).
Akan
tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita lebih memahami budaya dari sudut
sosiologi dan ilmu budaya, padahal ternyata ilmu budaya bisa mempengaruhi
terhadap perkembangan ilmu lainnya seperti ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia
(SDM).
Sehingga
ada beberapa istilah lain dari istilah budaya seperti budaya organisasi
(Organization Culture) atau budaya kerja (Work Culture) ataupun biasa lebih
dikenal lebih spesifik lagi dengan istilah budaya perusahaan (Corporate
Culture). Sedangkan dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah kultur pembelajaran
sekolah (School Learning Culture) atau Kultur akademis (Academic culture).
Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur
akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami
bagaimana seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan
kerja dan lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan
pimpinannya, sehingga terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits),
citra akademis, etos kerja yang terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga
mendorong adanya apresiasi dirinya terhadap peningkatan prestasi kerja baik
terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri maupun dikuatkan secara
organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan sebuah kebijakan yang
diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut.
•Organisasi
dan Budaya
Membahas
budaya, jelas tidak bisa lepas dari pengertian organisasi itu sendiri dan dapat
kita lihat beberapa pendapat tentang organisasi yang salah satunya diungkapkan
Stephen P. Robbins yang mendefinisikan organisasi sebagai “A consciously
coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary that
function or relatively continous basis to achieve a common goal or set of
goal”. (Robbins, 1990: 4) Sedangkan Waren B. Brown dan Dennis J. Moberg
mendefinisikan organisasi sebagai “…. A relatively permanent social entities
characterized by goal oriented behavior, specialization and structure”.
Sehingga organisasi diatas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya,
organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran (output) serta bisa juga
dilihat sebagai Living Organism yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga
terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets
sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (luaran) memiliki
sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan system
budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.
Dari
pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya
organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai
budaya akademis. Berikut menurut beberapa pendapat para ahli, yang mengartikan
definisi dari Budaya Organisasi :
1.
Menurut Umar Nimran mendefinisikan budaya organisasi sebagai Suatu sistem makna
yang dimiliki bersama oleh suatu organisasi yang membedakannya dengan
organisasi lain.
2.
Sedangkan menurut Moorhead dan Griffin (1992) budaya organisasi diartikan
sebagai Seperangkat nilai yang diterima selalu benar, yang membantu seseorang
dalam berorganisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat diterima
dan tindakan mana yang tidak dapat diterima dan nilai-nilai tersebut
dikomunikasikan melalui cerita dan cara-cara simbolis lainnya.
3.
Menurut Piti Sithi-Amnuai (1989) dalam bukunya “How to built a corporate
culture” mengartikan budaya organisasi sebagai Seperangkat asumsi dan keyakinan
dasar yang diterima anggota dari sebuah organisasi yang dikembangkan melalui
proses belajar dari masalah penyesuaian dari luar dan integarasi dari dalam.
4.
Menurut Amnuai (1989) membatasi pengertian budaya organisasi sebagai pola
asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota sebuah organisasi dari
hasil proses belajar adaptasi terhadap permasalahan eksternal dan integrasi permasalahan
internal.
•Karakteristik
Budaya Organisasi
Untuk
menentukan indikator secara pasti mengenai budaya organisasi kita dapat
mengambil contoh dari beberapa pendapat para ahli mengenai indikator yang
menentukan budaya organisasi seperti :
1.
Khun Chin Sophonpanich memasukan budaya pribadi ke dalam Bank Bangkok 50 tahun
yang lalu dengan beberapa indikator antara lain :
•Ketekunan
(dilligency)
•Ketulusan
(sincerity)
•Kesabaran
(patience)
•Kewirausahaan
(entrepreneurship)
2.Sedangkan
Amnuai dan Schien membagi budaya organisasi kedalam beberapa indikator yaitu
antara lain :
•Aspek
kualitatif (basic)
•Aspek
kuantitatif (shared) dan aspek terbentuknya
•Aspek
komponen (assumption dan beliefs)
•Aspek
adaptasi eksternal (eksternal adaptation)
•Aspek
Integrasi internal (internal integration) sebagai proses penyatuan budaya
melalui asimilasi dari budaya organisasi yang masuk dan berpengaruh terhadap
karakter anggota.
3.
Lebih jelas lagi diungkapkan oleh Desmond graves (1986:126) mencatat sepuluh
item research tool (dimensi kriteria, indikator) budaya organisasi yaitu :
•Jaminan
diri (Self assurance)
•Ketegasan
dalam bersikap (Decisiveness)
•Kemampuan
dalam pengawasan (Supervisory ability)
•Kecerdasan
emosi (Intelegence)
•Inisatif
(Initiative)
•Kebutuhan
akan pencapaian prestasi (Need for achievement)
•Kebutuhan
akan aktualisasi diri (Need for self actualization)
•Kebutuhan
akan jabatan/posisi (Need for power)
•Kebutuhan
akan penghargaan (Need for reward)
•Kebutuhan
akan rasa aman (Need for security)