galeri - tetesan air mata

Jumat, 30 November 2012

Budaya Organisasi Dapat Mempengaruhi Perilaku Etis Seseorang


Budaya Berorganisasi
Sebagian para ahli seperti Stephen P. Robbins, Gary Dessler dalam bukunya yang berjudul “Organizational Theory” (1990), memasukan budaya organisasi kedalam teori organisasi. Sementara Budaya perusahaan merupakan aplikasi dari budaya organisasi dan apabila diterapkan dilingkungan manajemen akan melahirkan budaya manajemen. Budaya organisasi dengan budaya perusahaan sering disaling tukarkan sehingga terkadang dianggap sama, padahal berbeda dalam penerapannya. Pengertian budaya itu sendiri menurut : “The International Encyclopedia of the Social Science” (1972) dapat dilihat menurut dua pendekatan yang pertama yaitu pendekatan proses (process-pattern theory, culture pattern as basic) yang didukung oleh Franz Boas dan yang kedua bisa juga melalui pendekatan structural-fungsional (structural-functional theory, social structure as abasic) yang dikembangkan oleh Bonislaw Mallinowski. Kemudian dari dua pendekatan itu Edward Burnett Tylor (1832-1917) secara luas mendefinisikan budaya sebagai :”culture or civilization, taken in its wide ethnographic ense, is that complex whole wich includes knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society” atau Budaya juga dapat diartikan sebagai : “Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar sesuai dengan kekhasan etnik, profesi dan kedaerahan” (Koentjaraningrat, 2001: 72 ).

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita lebih memahami budaya dari sudut sosiologi dan ilmu budaya, padahal ternyata ilmu budaya bisa mempengaruhi terhadap perkembangan ilmu lainnya seperti ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Sehingga ada beberapa istilah lain dari istilah budaya seperti budaya organisasi (Organization Culture) atau budaya kerja (Work Culture) ataupun biasa lebih dikenal lebih spesifik lagi dengan istilah budaya perusahaan (Corporate Culture). Sedangkan dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah kultur pembelajaran sekolah (School Learning Culture) atau Kultur akademis (Academic culture). Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami bagaimana seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya, sehingga terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits), citra akademis, etos kerja yang terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya terhadap peningkatan prestasi kerja baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri maupun dikuatkan secara organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan sebuah kebijakan yang diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut.

•Organisasi dan Budaya
Membahas budaya, jelas tidak bisa lepas dari pengertian organisasi itu sendiri dan dapat kita lihat beberapa pendapat tentang organisasi yang salah satunya diungkapkan Stephen P. Robbins yang mendefinisikan organisasi sebagai “A consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary that function or relatively continous basis to achieve a common goal or set of goal”. (Robbins, 1990: 4) Sedangkan Waren B. Brown dan Dennis J. Moberg mendefinisikan organisasi sebagai “…. A relatively permanent social entities characterized by goal oriented behavior, specialization and structure”. Sehingga organisasi diatas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran (output) serta bisa juga dilihat sebagai Living Organism yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (luaran) memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.

Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya akademis. Berikut menurut beberapa pendapat para ahli, yang mengartikan definisi dari Budaya Organisasi :
1. Menurut Umar Nimran mendefinisikan budaya organisasi sebagai Suatu sistem makna yang dimiliki bersama oleh suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain.
2. Sedangkan menurut Moorhead dan Griffin (1992) budaya organisasi diartikan sebagai Seperangkat nilai yang diterima selalu benar, yang membantu seseorang dalam berorganisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat diterima dan tindakan mana yang tidak dapat diterima dan nilai-nilai tersebut dikomunikasikan melalui cerita dan cara-cara simbolis lainnya.
3. Menurut Piti Sithi-Amnuai (1989) dalam bukunya “How to built a corporate culture” mengartikan budaya organisasi sebagai Seperangkat asumsi dan keyakinan dasar yang diterima anggota dari sebuah organisasi yang dikembangkan melalui proses belajar dari masalah penyesuaian dari luar dan integarasi dari dalam.
4. Menurut Amnuai (1989) membatasi pengertian budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota sebuah organisasi dari hasil proses belajar adaptasi terhadap permasalahan eksternal dan integrasi permasalahan internal.

•Karakteristik Budaya Organisasi
Untuk menentukan indikator secara pasti mengenai budaya organisasi kita dapat mengambil contoh dari beberapa pendapat para ahli mengenai indikator yang menentukan budaya organisasi seperti :
1. Khun Chin Sophonpanich memasukan budaya pribadi ke dalam Bank Bangkok 50 tahun yang lalu dengan beberapa indikator antara lain :
•Ketekunan (dilligency)
•Ketulusan (sincerity)
•Kesabaran (patience)
•Kewirausahaan (entrepreneurship)
2.Sedangkan Amnuai dan Schien membagi budaya organisasi kedalam beberapa indikator yaitu antara lain :
•Aspek kualitatif (basic)
•Aspek kuantitatif (shared) dan aspek terbentuknya
•Aspek komponen (assumption dan beliefs)
•Aspek adaptasi eksternal (eksternal adaptation)
•Aspek Integrasi internal (internal integration) sebagai proses penyatuan budaya melalui asimilasi dari budaya organisasi yang masuk dan berpengaruh terhadap karakter anggota.
3. Lebih jelas lagi diungkapkan oleh Desmond graves (1986:126) mencatat sepuluh item research tool (dimensi kriteria, indikator) budaya organisasi yaitu :
•Jaminan diri (Self assurance)
•Ketegasan dalam bersikap (Decisiveness)
•Kemampuan dalam pengawasan (Supervisory ability)
•Kecerdasan emosi (Intelegence)
•Inisatif (Initiative)
•Kebutuhan akan pencapaian prestasi (Need for achievement)
•Kebutuhan akan aktualisasi diri (Need for self actualization)
•Kebutuhan akan jabatan/posisi (Need for power)
•Kebutuhan akan penghargaan (Need for reward)
•Kebutuhan akan rasa aman (Need for security)